Senin, 28 September 2015

Sedikit jerit perempuan



Aku selalu bingung dengan yang ada di kepalaku. Ini semua tentang kamu. Yang kadang ada dan kadang hilang. Sebenarnya kamu ingin tetap tinggal atau hanya sekedar main saja? Aku tak suka. Kenapa kamu muncul lagi, bila pada akhirnya kamu pergi? Aku tak bisa meladenimu. Dan itu hanya membuatku terluka. Tak tahukah kamu bahwa aku begitu bingung. Tak tahu harus bersikap apa, berkata apa, dan membawamu ke suasana apa. Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku. Katakan saja. Jika kamu ingin bermain, tolong pergilah. Aku sedang tak ingin bermain. Aku tak mau aku tertawa bersamamu tapi hatimu tak bersamaku. Susah untuk melupakan kenangan seperti itu. Kecuali kamu bisa menghapus itu semua dengan bersih tanpa luka. Tapi memangnya kamu bisa?
Tetapi kenyataannya aku selalu menunggu kehadiranmu disini. Pernyataan aku tak ingin bermain hanyalah sebuah wacana untukku.Tak bosannya aku mencoba bertahan untuk tetap menunggumu meskipun kamu mampu hadir hanya sebentar. Entah sampai kapan aku bertahan untuk menunggumu. Alasan apa yang bisa membuatku menunggu begitu lama. Padahal aku tak suka menunggu. Tapi kamu, begitu hebatnya bisa membuat hidupku senang menunggu. Berharap kau hadir, meskipun hanya bermain-main. Setidaknya aku bisa tertawa dibuatmu, meskipun sebentar.
Semua perjalanan yang mengena hati pasti sangat terekam dalam memori. Dan bila ada yang menyuruh “Lupakan”, haaaahhh seenaknya saja menyuruh begitu. Mulut memang mudah sekali bicara. Tapi lihat isi pikiran ini! Penuh! Jangankan cuma bersedih, saat teringat hal-hal menyenangkan yang dulu dan sekarang tidak ada lagi, itu menyakitkan.
Apa aku harus menyerah pada semua pria? Kenapa tak ada yang pernah bertanya? Kenapa semuanya hanya bersikap, bersikap, dan bersikap saja. Kapan mereka bertanya? Apa yang aku rasakan.  Bolehkah aku menyebutmu pria jahat? Kamu jahat bagiku. Meskipun bila aku melihat dari sisi lain, akulah yang bodoh dan kamu terbebas dari kesalahan. Aku bodoh memanglah aku bodoh.  Ahh, sial sekali. Itu semua hanya buat aku jadi tambah sakit.
Dari semua kesedihanku itu, sebenarnya kini aku sedang merindu hadirmu, dan masih menumpuk harap kehadiranmu. Kapan kamu hadir lagi? Dan kapan kamu tetap tinggal dan tak pergi lagi? Karena aku membutuhkan teman bermain hingga tutup usiaku. Aku masih menumpuk harapku padamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(: