Aku
selalu bingung dengan yang ada di kepalaku. Ini semua tentang kamu. Yang kadang
ada dan kadang hilang. Sebenarnya kamu ingin tetap tinggal atau hanya sekedar
main saja? Aku tak suka. Kenapa kamu muncul lagi, bila pada akhirnya kamu
pergi? Aku tak bisa meladenimu. Dan itu hanya membuatku terluka. Tak tahukah
kamu bahwa aku begitu bingung. Tak tahu harus bersikap apa, berkata apa, dan
membawamu ke suasana apa. Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku. Katakan
saja. Jika kamu ingin bermain, tolong pergilah. Aku sedang tak ingin bermain.
Aku tak mau aku tertawa bersamamu tapi hatimu tak bersamaku. Susah untuk
melupakan kenangan seperti itu. Kecuali kamu bisa menghapus itu semua dengan
bersih tanpa luka. Tapi memangnya kamu bisa?
Tetapi
kenyataannya aku selalu menunggu kehadiranmu disini. Pernyataan aku tak ingin
bermain hanyalah sebuah wacana untukku.Tak bosannya aku mencoba bertahan untuk
tetap menunggumu meskipun kamu mampu hadir hanya sebentar. Entah sampai kapan
aku bertahan untuk menunggumu. Alasan apa yang bisa membuatku menunggu begitu
lama. Padahal aku tak suka menunggu. Tapi kamu, begitu hebatnya bisa membuat
hidupku senang menunggu. Berharap kau hadir, meskipun hanya bermain-main. Setidaknya
aku bisa tertawa dibuatmu, meskipun sebentar.
Semua
perjalanan yang mengena hati pasti sangat terekam dalam memori. Dan bila ada
yang menyuruh “Lupakan”, haaaahhh seenaknya saja menyuruh begitu. Mulut memang
mudah sekali bicara. Tapi lihat isi pikiran ini! Penuh! Jangankan cuma
bersedih, saat teringat hal-hal menyenangkan yang dulu dan sekarang tidak ada
lagi, itu menyakitkan.
Apa
aku harus menyerah pada semua pria? Kenapa tak ada yang pernah bertanya? Kenapa
semuanya hanya bersikap, bersikap, dan bersikap saja. Kapan mereka bertanya?
Apa yang aku rasakan. Bolehkah aku
menyebutmu pria jahat? Kamu jahat bagiku. Meskipun bila aku melihat dari sisi
lain, akulah yang bodoh dan kamu terbebas dari kesalahan. Aku bodoh memanglah
aku bodoh. Ahh, sial sekali. Itu semua
hanya buat aku jadi tambah sakit.
Dari
semua kesedihanku itu, sebenarnya kini aku sedang merindu hadirmu, dan masih
menumpuk harap kehadiranmu. Kapan kamu hadir lagi? Dan kapan kamu tetap tinggal
dan tak pergi lagi? Karena aku membutuhkan teman bermain hingga tutup usiaku. Aku
masih menumpuk harapku padamu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
(: