Sabtu, 29 Desember 2018

Tahun 2017


Malam itu, saya bersiap siap pergi ke stasiun gambir. Berencana pulang ke rumah. Jam 10pm bis akan berangkat. Pukul 9.30pm sudah siap, dan sedang menunggu abang ojek yang akan mengantarkan. Sekadar bawa barang seadanya dengan tas biru-hijau kesayangan sama 1 kardus ajalah. Sesampainya abang ojek, sudah jam 9.35pm tepat saat saya ingat bahwa tiket saya masih dimeja. Saya minta ijin, berlari mengambil tiketnya. Selepas itu, saya meminta abang ojek untuk kebut sekebutnya, takut tertinggal. Akhirnya 10.05pm saya sampai di gambir. Telpon berdering.
"Halo , saya dari damri, mb dimana mb?"
"Iya sebentar saya lg jalan sudah di gambir."
"Lha bis nya sudah berangkat mb."
"Haaaa becanda pak." Kan biasanya bapaknya suka bercanda gitu kan.
"Iya beneran sudah berangkat. Dari td ditelp tidak diangkat."
"Saya lg dijalan pak."
Saya matikan telponnya karna saya bawa barang, repot.
Saya agak berlari susah payah agar segera sampai di sana. Haduuhh. Beneran sudah gak ada bisnya. Bapaknya lagi gak bercanda kaya biasanya pas lagi beli tiket ternyata. Mulai panik.
Sesampai ke kumpulan bapak-bapak damri,dimarahin dulu. Blablablaaaa. Ya karena saya memang salah, jadi ya udahlah ya. Selesai mereka marahmarah, mungkin udah kasian liat muka saya, mereka juga mencoba menyelesaikan masalah saya.
Akhirnya ditelponin pihak supir bis nya. Disuruh nunggu karena rencana saya disuruh kejar saja pakai taxi. Saya iyakan, alias saya pasrah. Yang penting saya harus pulang saat itu. Saya nengok ke deretan bapak-bapak supir taxi yang lagi nongkrong. Memasang muka melas. Akhirnya ada yang terpincut buat rela berdiri, rela membantu saya saat itu. Jujur, saya sudah mikirin, kira-kira bakal habis berapa, kalau itu lagi siang hari mungkin saya sudah banjir keringat, dingin. Saya cuma bawa uang pas pasan doang. ._.
Saya dikasih nomer telpon supir bis nya. Saya langsung naik taxi. Sama abang taxi yang keren banget deh pokoknya.
Saya telpon bapak supir bis, dan mereka sudah sampai masuk tol tomang. Okeee, fix, mereka gak bisa berhenti gitu aja dijalanan. Saya minta tolong mereka untuk jalan pelan-pelan. Sebenarnya saya udah gak bisa mikir saat itu, bapak supir taxi yang kece badai itu yang mikirin semua kata katanya, saya geh tinggal ngikutin apa yang dia omongin. Dan wowww, bapak supir taxi yang ganteng kece badai, meliuk liukan taxi kesayangannya, salip sana salip sini. Dan saya, apalah daya. Cuma berdoa saja.
Sudah seperti fast furious kalilah ya. Jadi malam malam saya nemenin bapaknya balapan gitu. Setiap selipannya, saat itu saya lirik juga argonya. Mengaduh tiada henti saya ucapakan. Setelahnya pokoknya istighfar banyak banyak. And finally, saya selamat sampai bisa lihat bus damrinya. Dengan ala ala resah dan gelisah saya, udah aduh sana aduh sini gara gara gak lihat lihat bis nya. Setelah bisa nyusul tuh bis, bapak taxi pun ikut girang tuh saat itu. Bapak taxi langsung buka jendela, melambaikan tangan. Wah pokok nya ini supir mantep bangetlah. Bener bener bantu saya, jauh jauh ngejer ngejer bus malam malam. Dan akhirnya, bertemu tujuan nya, dan berhenti jugalah si argo yang dari tadi tak ada hentinya menambahkan harga dirinya. Saya pasrah kasih semua uang ke bapaknya.
"Mbak ini uangnya tinggal segitu?"
"Iya pak." Nada melas.
"Yaudahlah mb segini aja yang saya ambil, ini gak usah, ntar mb nya gak makan lagi."
Dalam hati, Iya pak emang ini uang buat jaga jaga dikapal kalo saya laper. T.T kan saya emang nyiapain buat kaya biasanya aja, gak kepikiran bakal naik taxi sejauh ini. Ini untunguntung agak lebih bawanya kalo gak gimanalah ya.
Pokoknya malam itu mata saya berbinar binar, hingga terangnya mengalahkan bintang bintang di awan. Hahaha
"Makasih pakk. Makasihhhhh banyaaaak paaaaakkk." Saya pamit buru buru masuk bus damrinya.
Pelajaran yang didapat, Masih banyak kok orang baik dimanapun kita berada. Semoga bapakbapak itu diampuni segala dosa, dan dilimpahkan rejekinya. Buat semua bapak bapak yang udah bantuin saya malam itu. Terutama supir taxi yang kece badai. Vindiesel bisa jadi saingannya kalilah ya. 😂😂 Alhamdulillah...

Kamis, 20 Desember 2018


Rumit

Mungkin mereka tak ada yang mengerti tentang takdir yang kuhadapi, mungkin mereka menganggap hidupku kaku dan membosankan. Kadang aku ingin mereka tahu tentang apa yang kuhadapi, namun aku juga tak ingin mereka tahu. Aku ingin mereka tak tahu apapun tentangku. Cukup aku saja. tapi aku juga ingin dipahami, begitulah aku, rumit.

Dia adalah "Aku".

Semakin ku mengenal dia, semakin aku tidak mengerti tentang dia, namun aku dapat memahaminya. Banyak hal yang orang lain tidak akan mengetahuinya, apalagi mengerti, mungkin hanya orang tertentu. Dimana ada banyak pelajaran yang bisa dipahami tentunya. 
Aku tahu itu. Tak apa, tak perlu dijelaskan panjang-panjang, karena beginipun sama sepertiku, aku tak suka menjelaskan panjang-panjang, aku juga tidak ingin oranglain tahu, meski aku ingin dipahami. Jadi meski aku tak tahu, aku bisa memahaminya. Dan pun mungkin dirimu bisa paham.

karna dia adalah aku sendiri.

Tapi memang kadang lebih baik mereka tidak paham sama sekali daripada mereka tahu. Karena sepertinya, kita sama-sama tidak menyukai penjelasan yang membelit, meski sedikit.
Karena sedikit saja mereka tahu, mereka akan berlanjut bertanya ini itu. Tenang, aku sama sepertimu, aku tak suka ditanya, jadi akupun lebih baik tak bertanya, yah sedikit bertanya, sisanya kuamati saja.
Orang yang menyebalkan dan sulit dimengerti.


mungkin dia ini juga adalah kamu, bukan hanya aku!

*milik_naru*

Yogurth

Dalam kelas yang sedang riuh, aku yang lagi asyik dipojokkan dengan kertas tugas, tiba-tiba dia menghampiriku. Membawa sebungkus yogurt.
“Nih ambil!” katanya, sambal menyodorkan yogurthnya. Kulihat tangan satunya memegang yogurt yang satu lagi, sudah diminum setengah. Aku menatapnya, sedikit bingung. “Ini.” Katanya sekali lagi, dan aku mengambil tawarannya. Tanpa sempat berucap, dia pergi begitu yogurthnya sudah berpindah ke tanganku. Padahal belum berterimakasih. 
Lebih terheran lagi, dari sekian banyak manusia yang ia lewati, ternyata ia malah menujuku, yang bahkan lagi duduk di pojok jauh dari pintu keluar. Aku kembali berpura-pura sibuk dengan kertas-kertas yang ada di hadapanku, sambil kucicipi pemberian pertamanya itu. Bila didalam kelas sedang tidak ada orang, pasti aku sudah berjingkrak-jingkrak kegirangan, untung aku masih bisa terkendali. Mungkin ini hanyalah sebungkus plastik yang kecil, tidak seberapa, namun jika itu dari dia, maka tentu nilainya sangat berbeda. Pemberian tidak akan dilihat dari apa yang diberi, tapi siapa yang memberi, sekarang aku mengerti kata-kata tersebut.

Yogurth itu sudah tidak ada, sudah habis masuk ke perut. Dan plastiknya pun sudah kubuang ke tong sampah. Namun, kenangan ini masih melekat, di dalam hati.
Terimakasih yogurthnya, yang sudah kuhabiskan, meski sebenarnya aku tak tega menghabiskannya.


*milik_naru, 5/14/18*