Yogurth
Dalam kelas yang sedang riuh, aku yang lagi asyik dipojokkan dengan kertas tugas, tiba-tiba dia menghampiriku. Membawa
sebungkus yogurt.
“Nih ambil!” katanya, sambal menyodorkan yogurthnya. Kulihat tangan
satunya memegang yogurt yang satu lagi, sudah diminum setengah. Aku menatapnya, sedikit bingung. “Ini.”
Katanya sekali lagi, dan aku mengambil tawarannya. Tanpa sempat berucap, dia
pergi begitu yogurthnya sudah berpindah ke tanganku. Padahal belum
berterimakasih.
Lebih terheran lagi, dari sekian banyak manusia yang ia lewati, ternyata ia malah
menujuku, yang bahkan lagi duduk di pojok jauh dari pintu keluar. Aku kembali
berpura-pura sibuk dengan kertas-kertas yang ada di hadapanku, sambil kucicipi
pemberian pertamanya itu. Bila didalam kelas sedang tidak ada orang, pasti aku
sudah berjingkrak-jingkrak kegirangan, untung aku masih bisa terkendali. Mungkin
ini hanyalah sebungkus plastik yang kecil, tidak seberapa, namun jika itu dari dia,
maka tentu nilainya sangat berbeda. Pemberian tidak akan dilihat dari apa yang
diberi, tapi siapa yang memberi, sekarang aku mengerti kata-kata tersebut.
Yogurth itu sudah tidak ada, sudah habis masuk ke perut. Dan plastiknya
pun sudah kubuang ke tong sampah. Namun, kenangan ini masih melekat, di dalam
hati.
Terimakasih yogurthnya, yang sudah kuhabiskan, meski sebenarnya aku tak
tega menghabiskannya.
*milik_naru, 5/14/18*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
(: