Minggu, 03 Maret 2019


Jagoan

 Hasil gambar untuk deku

Di desa kecil di pinggir hutan, tinggalah seorang laki-laki yang tinggal bersama Bundanya. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah ia lahir.
Kuron namanya. Anak yang patuh dan rajin bekerja, karena mau tidak mau ia telah menjadi punggung menggantikan ayahnya. Ia harus menghidupi dirinya dan juga sang bunda.
Sedari kecil, ia bekerja di ladang milik tetangganya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Merawat ladang penuh ketekunan meski bukan miliknya. Begitulah ajaran Bunda yang selalu ia tanam. Hingga besar ia sudah biasa melakukan banyak pekerjaan. Mecangkul, menanam, memilah milih saat panen tiba. Pemilik ladang sangat senang memiliki pekerja seperti Kuron.
Kuron memang pekerja rajin yang sering dituai pujian. Namun, sebenarnya ia menggenggam kelam masa kecil yang masih ia rasakan.

Anak dari tetangga yang sebaya dengannya, Supri. Entah kenapa Supri sangat tidak menyukai Kuron. Supri adalah anak juragan kaya raya di desanya. Memiliki teman setia yang juga menjadi anak buahnya. Seringkali Supri sengaja pulang dari sekolah melewati rute ladang dengan teman-temannya, hanya untuk memamerkan nilai sekolahnya yang dapat 90 atau bahkan 100. Dan juga memperlihatkan kakinya yang menggunakan sepatu baru atau mengibaskan badannya yang sedang memanggul tas baru atau mengenakan baju sekolah yang sangat menyilaukan mata seorang anak yatim yang malang ini.

Tak disangkal, Kuron terbesit iri yang besar di dalam hati. Namun apalah dayanya, semua pembalasan ke Supri adalah bumerang untuknya. Percuma ia hanya lelah bicara dan diujungnya hanyalah berakhir merah dipunggungnya, bekas sabetan kayu. Sejak itu, ia hanya bisa menggenggam tanah tanpa pernah lagi sampai ke muka musuhnya.

Sang Bunda pun sering menasihatinya,"Nak, ayahmu itu jagoan. Kamu mirip dengannya."
"Tetapi Jagoan itu bukan yang pandai berkelahi. Tetapi jagoan itu yang pandai menjaga diri."
"Ayahmu di waktu muda, selalu bisa menjadi andalan. Itulah jagoan sejati."
"Dan kamu sudah menjadi andalan Bunda. Kamu sadar? Dan kelak ketika Bunda tiada, Bunda saja bisa mengandalkanmu sewaktu kamu kecil begini apalagi orang lain. Kamu akan menjadi jagoan dunia."
Kuron kecil tidak mengerti setiap kata Bundanya. Namun Bunda selalu mengatakan itu setiap malam hingga Kuron sangat hafal kalimatnya. Kata Jagoan sudah sangat terekam di bawah alam sadarnya, kelak ia bersungguh-sungguh untuk menjadi jagoan dunia.

Masa demi masa membuat Kuron bisa terbiasa. Ia sudah tidak peduli lagi pada orang orang yang menghina atau membuatnya iri. Yang penting ia bisa menghidupi Bundanya dulu. Menjadi jagoan versi Bundanya. Hingga tiba saat ia sudah menginjak dewasa, Bunda akhirnya meninggalkan ia. Kuron hidup sebatang kara.
Bundanya tidak meninggalkan harta kemewahan layaknya tetangga sekitar, tetapi Kuron merasa Bundanya telah memberikan sesuatu yang berharga. Setiap perkataan dan pekerjaan yang ditanamkan pada Kuron membuat Kuron memberanikan diri keluar desa. Ia ingin mewujudkan menjadi jagoan, bukan lagi versi jagoannya sang Bunda tetapi versi yang lebih besar, Jagoan dunia.

Ia pamit kepada juragan yang biasa ia urus ladangnya. Juragan sangat kehilangan dan menawarkan berbagai kemewahan, namun Kuron tidak merasa puas sebelum mewujudkan nasihat bundanya.
Kuron yang sudah biasa bekerjakeras, mustahil dunia luar menolaknya.

Dia memulai dari pekerjaan bawah, apapun ia lakukan. Saat ia tiba di metropolitan ia mulai dengan kesungguhan besar. Dari sesuatu yang kecil menjadi pekerja buruh ia lakukan semua dengan sungguh sungguh. Dan Kuron adalah seorang yang bisa mempelajari dengan cepat. Sama seperti waktu ia kecil, ia selalu menuai pujian setiap hasil kerjanya.
Hingga akhirnya kerja kerasnya dibayar tuntas. Pekerjaan dengan level tiada batas yang serba bisa akhirnya ia mendapat kepercayaan dari seorang investor kebun. Ia diberikan kebun cuma cuma untuk dikelola langsung dibawah pengawasannya. Ia tidak lagi hanya menanam sepetak tanah namun ia juga mengurus pekerja lain.

Bertahun tahun ia merintis. Ia sudah seperti juragan bahkan mungkin sudah lebih dari itu. Ia mampu mengobrak penjualan tanaman ke segala penjuru. Dan stok penjualan pun selalu terjual habis. Kini ia memulai mewujudkan cita cita bundanya. Ia akhirnya mendirikan sekolah di berbagai pelosok desa dengan gratis. Ia merasa sangat beruntung bahwa meski ia tak sekolah namun ia bisa membalas dengan pembalasan yang setimpal, ia mampu menyekolahkan. Kuron sangat berharap inilah yang diharapkan bundanya. Ia menjadi jagoan. Jagoan dunia. Membantu banyak orang-orang. Bayangkan dulu ia lebih membalas dengan dendam ia takkan bisa seperti ini.

Sedangkan keadaan Sapri. Ia lebih suka berleha leha. Memanfaatkan  usaha milik ayahnya tanpa pernah memilki pengalaman mengelolanya. Sayang seribu sayang semenjak ia ditinggal ayahnya yang sudah tidak bisa lagi mengurusi kebun, diambil alih oleh Sapri yang sama sekali tak ada kemampuan. Memang ia punya nilai di kertas tapi nilai di dalam hati itulah yang lebih tergunakan.


-milik_naru, 4/3/2019-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(: